Kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya adalah pintu gerbang ke Jawa bagian timur dan pusat kebanggaan dan otonomi orang Jawa sejak lama. Dijuluki ‘Kota Pahlawan’, Surabaya memiliki keterkaitan yang dalam dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Saat ini, kota ini berfungsi sebagai salah satu pelabuhan utama perdagangan, perjalanan, dan industri, dengan populasi yang sangat beragam dan suasana perkotaan yang ramai akan tetap menjadi salah satu mesin ekonomi Indonesia.
Sejarah AWAL
Meskipun kota ini telah berusia berabad-abad, tidak banyak yang diketahui tentang sejarah awal Surabaya, karena kurangnya catatan. Ini pertama kali disebutkan dalam sebuah buku oleh Zhao Rugua (Chou Ju-Kua) yang ditulis pada tahun 1225, di mana dia menyebutnya Jung-ya-lu, nama kunonya. Diketahui juga bahwa penjelajah Tiongkok yang hebat, Zheng He, mengarungi kapal hartanya ke pelabuhan di Surabaya pada tahun 1433, berkat dokumentasi sejarawan Ma Huan.
PENYEBARAN ISLAM di Surabaya
Lebih banyak yang diketahui tentang kejadian-kejadian penting di kota pelabuhan Jawa Timur ini setelah penyebaran Islam ke seluruh wilayah pada abad ke-14. Bukti penampakan pertama Islam di kota dapat dilihat di Masjid Ampel di Kawasan Arab. Makam penceramah Islam terkenal Sunan Ampel masih dikunjungi oleh ribuan peziarah Muslim setiap tahun.
PERANG KESULTANAN
Pada abad ke-15, Surabaya telah menjadi kesultanan yang kuat. Itu adalah kekuatan militer dan politik utama di Jawa Timur selama beberapa dekade sampai mengalami masalah dengan Kesultanan Mataram, yang diperintah oleh Sultan Agung yang legendaris pada saat itu.
Sultan Agung merebut Surabaya pada tahun 1625 dalam apa yang muncul sebagai salah satu kampanye militer paling sengit yang pernah dilakukan oleh kerajaan Mataram yang kuat. Sebelum Sultan Agung bisa menyerang, dia harus menaklukkan Madura dan Sukadana, dua sekutu utamanya. Setelah mereka ditundukkan, Agung mengepung Surabaya dan setelah beberapa minggu berhasil merebut kota tersebut. Dengan kota di bawah kendalinya, kerajaan Mataram menguasai seluruh Jawa, kecuali pemukiman Belanda di Batavia ( Jakarta ) dan Kesultanan Banten yang kuat.
PERUSAHAAN HINDIA TIMUR
Ketika kerajaan Mataram yang besar melemah secara serius pada tahun 1700-an, Kompeni Hindia Belanda masuk dan mengambil alih Surabaya pada tahun 1743. Dengan lokasi pantai utamanya, Belanda dengan cepat mengubahnya menjadi pangkalan angkatan laut kolonial utamanya di wilayah tersebut. Selama bertahun-tahun, sejarah Surabaya terjalin erat dengan perdagangan dan eksploitasi kekuasaan kolonial Belanda.
SEJARAH KOTA YANG MEMBERONTAK
Pemberontakan pada tahun 1917, yang dipimpin oleh Asosiasi Sosial Demokrat Hindia dan para pelaut dan tentara lokal Surabaya, adalah pemberontakan pertama melawan penjajah asing. Pemberontakan ini berhasil dipadamkan, tetapi ia menanam benih pemberontakan yang kemudian tumbuh di tahun 1940-an, ketika Jepang dan kemudian Inggris menduduki kota itu.
Setelah Sekutu membom Surabaya pada tahun 1944, Jepang dilumpuhkan dan kota tersebut direbut oleh kaum nasionalis Indonesia. Tindakan ini adalah salah satu gerakan besar pertama dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia setelah PD II dan Surabaya berada tepat di jantung tindakan tersebut.
PERTEMPURAN SURABAYA
Inggris turun tangan untuk menjaga koloni Belanda di wilayah tersebut, tetapi kaum nasionalis Indonesia tidak memilikinya. Mereka melihat peluang mereka untuk kebebasan dan menolak untuk mundur, bahkan di hadapan ultimatum Sekutu.
Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945 menjadi sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Meskipun ribuan nyawa hilang, itu dipandang sebagai kemenangan bagi pemberontak lokal, dan hari ini tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan, hari libur nasional
Eksplorasi konten lain dari Surabaya Media
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.