Sejarah Makam Air Mata Ibu Arosbaya – Bangkalan, Madura. disinilah dimakamkan seorang Ratu bernama Syarifah Ambami, istri dari penguasa wilayah Madura, Raden Praseno. Sejarah mencatat, Raden Praseno lebih dikenal dengan nama Cakraningrat I, seorang raja yang hidup pada jaman keemasan kerajaan Mataram di Jawa. Syarifah Ambami sendiri masih keturunan Sunan Giri di Gresik.
Cakraningrat I adalah seorang raja Madura yang tinggal di Keraton Sampang. Dia menjadi raja di wilayah Madura pada tahun 1624 atas perintah dari Sultan Agung dari Mataram.
Ada banyak versi tentang asal muasal dan riwayat Makam Air Mata ibu ini. Namun yang paling banyak dikenal adalah tangisan dari Syarifah Ambami karena sering ditinggal suaminya, Cakraningrat I, untuk pergi ke Mataram. Akibat tangisan ini, maka tetesan air mata itu menjelma menjadi mata air yang masih ada sampai sekarang. Letak mata air ini berada di bawah bukit tempat petilasan ini berada sekarang.
Sumber mata air ini diyakini oleh banyak orang membawa berkah dan bisa menyembuhkan banyak penyakit. Sehingga tidak heran, jika banyak orang yang berkunjung rela naik turun anak tangga guna mendapatkan air dari sumber keramat ini. Mata air ini juga tidak pernah kering dari dulu sampai sekarang, meskipun pada kemarau yang panjang sekalipun.
Memasuki areal pemakaman, kita akan langsung disuguhi dengan beberapa makam yang berserak di pintu masuk. Menurut Juru Kunci Petilasan, makam-makam tersebut adalah para pengikut kanjeng Ratu Syarifah, yang dimakamkan sebagai bukti kesetiaan kepada sang Ratu. Pada kompleks makam sebelah dalam, terdapat juga makam para Pangeran dan pembesar Keraton lainnya, dengan bentuk makam yang lebih indah. Pada umumnya, bentuk makam di kompleks ini mempunyai ciri khas perpaduan Hindu, Budha, dan Islam.
Makam Ibu Ratu Syarifah Ambami sendiri berada paling utara, dengan konstruksi bangunan yang lebih tinggi dibanding makam-makam lainnya. Makam tersebut dikemas secara menarik, dengan pagar kayu berselimut kain hijau. Secara berkala, kain hijau dan bunga di makam Ibu Ratu ini diganti oleh Juru Kunci Makam.
Yang menjadi catatan bagi setiap pengunjung di makam ini adalah keberadaan peminta-minta di depan pintu masuk. Selain jumlahnya yang banyak, tak jarang mereka sering memaksa orang untuk memberikan sedekahnya. Hal ini tentu sedikit mengganggu kekhusyukan orang yang berziarah di makam tersebut.